Aral Melintang

Coba sesekali kau rasakan sapuan angin yang mengenai kulitmu. Mungkin, memang kau rasakan tiap hari, namun... kali ini pikirkan secara berbeda. Resapi, nikmati, dan coba kau pikirkan bagaimana angin bisa tercipta dan mengapa angin dapat berhembus begitu lembutnya?

Sesekali, coba lihat hujan di luar sana. Dengarkan bunyi rintiknya. Rintik sekali, rintik dua kali, rintik berkali-kali.

Bagaimana? Bunyi yang syahdu, bukan? Magisnya alam bisa membuatmu terbuai oleh pesonanya yang menenteramkan, bukan?

Sekali lagi, coba rasakan hangatnya sinar mentari kala pagi, siang, atau sore hari. Kau masih ada di dalam hari yang sama namun intensitas suhu dan kelembapannya berbeda-beda.

Pagi hari yang hangat, siang yang panas, dan senja hari yang warnanya begitu kau sukai.

Tunggu, ada yang tertinggal. Bagaimana dengan waktu Shubuh yang terkadang kau lewati?
Jangan dilewati, waktu Shubuh adalah tempat keheningan bermula namun waktu yang sesuai dengan perasaan manusia.

Waktu dimana kau bisa tiba-tiba rindu pada Rabbmu dan menginginkan untuk kembali.

Kembali pada hierarki kau diciptakan. Kembali hanya untuk beribadah padaNya.

Sungguh, aku begitu suka heningnya waktu Shubuh. Menenteramkan sekali.

Waktu dimana langit masih gelap, akan tetapi waktu itulah tempat bermula. Hening yang menawan.

Shubuh, waktu dimana aktivitasmu berawal sebagai tanda yakni matahari akan terbit sebagai bonus ketika kau menunaikan kewajibanmu pada Sang Pemilik Semesta.

Matahari terbit itu indah sekali, lho.

Sekali-kali cobalah terbangun pada waktu Shubuh, lihatlah keluar rumah. Sepi.

Namun indah.

Ah, aku rindu waktu Shubuh pada bulan Ramadhan. Waktu itu indah sekali, sungguh. Apalagi jika sebelumnya kau sudah sempatkan sahur dengan keluarga besarmu. Lalu setelah shalat Shubuh, aku akan berjalan-jalan mengelilingi kompleks perumahan dan menghirup udara Shubuh yang segar sekali.

Lalu, aku akan merenung...
perasaan macam apa ini?

Ah, ternyata...
Aku jatuh cinta pada Shubuh.

Bukan perasaan kosong. Tapi perasaan hening yang tersimpan sesuatu dan tak mampu dijelaskan.

Senyap, sesekali ada bunyi jangkrik.
Tidak seram dan tidak kelam.

Menenangkan.

Kemudian, aku akan berpikir, seperti saat sedang menulis ini.

Hidup itu tidak selalu tentang cinta, kan? Jikapun cinta, cintamu harus terbagi-bagi.

Cinta pada Tuhan, Rasulullah, orangtua, keluarga, saudara, harta, tahta, dan dia.

Dia yang kau cinta.

Dia yang cintanya sudah hkau genggam terlalu erat dan kadang berpikir untuk melepasnya.

Melepasnya, karena aku pun pernah melakukan demikian.

Pada awalnya, kau akan merasa terbebani dan tak rela. Takut kehilangan, takut ia pergi.

Namun, lambat laun, hatimu pasti akan menerima dan lega-selega-leganya. Kemudian, kau akan berterimakasih pada Allah karena telah memantapkan hatimu untuk melepasnya.

Selepas itu, kau pun akan menemukan potongan hati baru dan mencintanya dengan sepenuh hati.

Ingat, sekali lagi... jangan kau beri ia cinta sepenuh hati. Karena ketika ia memutuskan untuk pergi, potongan hatimu akan serta-merta ikut pergi lalu kau akan mati.

Jangan.

Cintailah ia seperlunya agar ketika nanti ia ingin pergi, kau dapat melepasnya berkali-kali.

Kau juga pasti tahu, bahwa patah hati dalam cinta adalah hal yang selalu terjadi. Jadi, jangan takut untuk jatuh hati. Jatuh hati berkali-kali namun putuskan pada satu hati yang sanggup untuk menjadi tempat kembali.

Kalau pun kau memutuskan untuk sendiri, tak apa. Dunia ini terllau luas untuk dipenuhi satu kejadian yang sama.

Berkelanalah, pergilah kemanapun ke tempat yang ingin kau jelajahi. Kalau perlu tulis ke tempat mana saja yang ingin kau telusuri.

Karena, aku pun juga demikian. Pergi ke tempat mana saja yang ingin aku singgahi, sebab... aku ingin pergi ke tempat dimana tiada yang bisa menemukanku seorang diri.

Jika pun itu bersama kamu, ayo, kita melarikan diri. Pergi bersamaku dalam waktu yang bisa kita tentukan dan dapat kita jangkau.

Kita berbagi asa dan pengalaman bersama. Bukankah itu menakjubkan?

Hanya kamu, aku dan Tuhan.

Bersama dengan angin, sinar mentari, dan udara yang mendesau-desau.

Kita bersama-sama mencari.

Mencari arti kebenaran yang sejati. Lalu kita akan pulang.

Pulang ke tempat yang biasa kita sebut dengan rumah. :)

Comments

Popular Posts