Kayuhan Sepeda - Yang pertama kali bagi setiap orang

 Tulisan ini dibuat tatkala bosan melanda, lalu terbitlah tulisan 'sok' filosofis ini.

 

    Jika boleh aku meminta padaNya, aku tidak ingin menjadi manusia. Akan tetapi, banyak yang berkata bahwa menjadi manusia adalah anugerah terindah karena diberikan akal olehNya. Suatu nikmat yang tidak diberikan Allah pada makhluk lain selain menjadi manusia. 

    Begini, manusia adalah makhluk yang penuh dengan kebosanan. Dan, aku bosan menjadi manusia. Masalahnya adalah, hidup kita selalu dipenuhi dengan kegiatan yang itu-itu saja, seksama dan dinamis. Kita tentu hapal barangkali apa rutinitas kita. Kala bosan melanda, aku berpikir begini, "Bagaimana jika di planet lain, atau aku (saja) yang 'menciptakan' makhluk lain (dalam kepalaku) selain manusia?

    Ya, tidak dipungkiri bahwa sebenarnya manusia itu sendiri lah yang menjadi inspirasi bagi manusia lain untuk menciptakan suatu imaji. Kita tahu betul baik dan buruknya menjadi seorang makhluk berakal dan berjalan menggunakan dua kaki. Karena, jika kita menggunakan makhluk lain sebagai inspirasi, bentuknya akan semakin abstrak, sama seperti isi kepalaku. (Padahal enggak juga, banyak karakter animasi yang pake tumbuhan tapi imut-imut, tuh.)

    Bagaimana jika, makhluk itu anggota tubuhnya tidak seperti manusia? (Tapi mengerikan, sih. Aku paling suka bentuk avatar). Dan logika makhluk itu berbanding terbalik dengan realitas manusia pada umumnya? Seperti di planet itu bentuk antar makhluk dengan makhluk lain sangatlah berbeda. Jika sama, dia akan dianggap aneh oleh mayoritas makhluk di planet tersebut. Maka, menjadi berbeda adalah hal yang wajib harus terjadi pada planet tersebut. 

    Mengapa aku berpikir demikian? Karena rasanya aneh sekali menjadi manusia. Menjadi sama adalah sebuah keharusan. Jika kau berbeda, maka kau akan dikucilkan. Menjadi sama adalah kewajiban bagi setiap makhluk yang hidup di bumi. Jika kau berbeda, kau akan dianggap aneh. Tunggu, bukannya menjadi berbeda adalah hal yang wajar? Makanya, banyak orang-orang yang tadinya berpikir anti-mainstream  di sebagian besar masyarakat kita menjadi termarjinalkan. Dia akan cenderung bungkam dan ikut pada suara yang sama.

    Membosankan. Hal yang sama selalu terjadi berulang. Hal itu juga terjadi pada sebagian besar masyarakat homogen pada jaman dahulu. Contohnya seperti saat kita mempelajari sesuatu untuk pertama kalinya. Kita akan takjub pada suatu hal yang belum pernah kita ketahui sebelumnya. Contoh lain, kegiatan yang orang-orang dambakan (sesuatu yang vulgar). Bukankah kegiatan demikian selalu sama? Atau seperti saat kita ingin menjadi sukses dan kaya, setiap orang kaya pasti selalu mempunyai kegiatan yang sama dan berulang. Sama halnya ketika menjadi miskin.

    Aku pernah membahas suatu deep talk dengan seorang kawanku. Begini pertanyaannya, "Jika pada akhirnya kehidupan ini memiliki suatu siklus hidup yang pasti yaitu kematian, mengapa kita harus berupaya begitu keras untuk mendambakan sesuatu (kekayaan), padahal nyatanya kita tahu bahwa usaha itu sia-sia?"

    Well, pertanyaan itu hampir sama dengan ketika kita menanyakan tentang kalau takdir manusia nyatanya jelas masuk neraka, mengapa kita harus berupaya keras masuk surga, padahal kenyataannya takdir tersebut menyatakan dengan jelas dimana tempat kita seharusnya?

    Aku dan kawanku pun mendapat jawaban yang cukup memuaskan dari hasil diskusi kita, ini jawabannya, 

    "Kalaupun manusia mau menyerah akan suatu takdir yang meliputinya, itu haknya. Akan tetapi, Tuhan kita sudah memfasilitasi makhluknya dengan suatu ikhtiar bernama doa."

    Begini, hasil akhir kita menjadi kaya atau nanti masuk surga merupakan sebuah peluang. Peluang bisa didapati dengan berusaha. Toh, jika pada akhirnya takdir kita mengembalikan tempatnya sebagaimana ditakdirkan di awal kehidupan kita, enggak ada ruginya. Hal yang terpenting ialah kita sudah berusaha semaksimal mungkin, apalagi kita punya doa. Inget 'kan, kalo doa itu bisa mengubah takdir? Kalaupun kita enggak jadi kaya, tapi kita punya ilmunya (cara menjadi kaya) atau kita punya mental baja, pun, kalau kita enggak masuk surga, inget aja kalo rahmat Allah itu meliputi Langit dan Bumi. 

   Terus, apa korelasinya dengan perbedaan makhluk aneh di atas dengan kekayaan dan kematian? Serta dengan judul di atas?

    Korelasinya adalah... kayuhan sepeda pertama kali itu bisa jadi rasanya berbeda bagi setiap orang. Emang lingkaran sepeda itu bergerak sesuai porosnya, keliatannya enggak berubah, tapi 'kan energi yang dikeluarkan bagi orang yang mengayuh sepeda itu beda-beda. Ada yang besar banget energinya, ada yang kecil, atau ada yang sedang-sedang saja. Perasaan orang ketika pertama kali naik sepeda dan merasakan kayuhan pertama juga beda, ada yang seneng, ada yang takut campur penasaran, ada yang sedih (karena dipaksa emaknya buat belajar naik sepeda), atau ada yang biasa aja.

    Jadi, setiap peristiwa yang terjadi secara berulang (walau kita tahu "rasanya" atau hasil akhirnya seperti apa), sudah tentu hasilnya berbeda bagi setiap orang. Apalagi ketika kita menetapkan suatu tujuan saat hendak mengendarai sepeda. 

    Ada yang mau ke pasar, ada yang mau main, ada yang mau ke sekolah, atau bahkan ada yang mau jalan-jalan sore aja. Setiap kayuhan sepeda itu memiliki jarak tempuh yang berbeda-beda. Walaupun beda, kadang tujuan orang dan tujuan kita bisa aja sama. Sama-sama ke sekolah, misalnya?

    Intinya, meskipun terkadang tujuan orang itu beda-beda ke tempat yang ditujunya, ingat satu hal...

 

    "Jangan pernah berhenti untuk mengayuh sepeda, sebelum kamu sampai di tujuan. Gapapa lama, asal sampai dengan selamat."  

    

    Karena, yang pertama kali untuk kamu. bisa jadi bukan merupakan hal yang pertama kali untuk orang lain. :)

Comments

Popular Posts