Perempuan Tidak Dirancang Untuk Mengemban Peran Ganda : Andai Semua Laki-laki Mau Mengerti

 Sesuai judul di atas, jawabannya adalah ya.

Benar sekali. Benar bahwa perempuan nyatanya tidak dirancang untuk mengemban peran ganda. Namun, seringkali realita berkata sebaliknya.

Pernah mendengar tentang hadis yang mengatakan jikalau perempuan itu tidak diwajibkan bekerja?

So, we get started from here.

Di jaman yang serba modern ini, perempuan yang bekerja adalah sebuah keharusan. Padahal, nyatanya tidak demikian.

Laki-laki, ada satu hal yang perlu kamu tahu sebelum menikah, yakni :

You're still take responsibility of your mother and your sisters. Jika kau punya adik perempuan, maka ketika ayahmu meninggal, and maybe you passed away tho, saudara perempuanmu merupakan tanggungjawab pamanmu (dari pihak laki-laki.)

Jika seorang istri ditinggal mati suaminya, maka tanggungjawab nafkah digantikan oleh keluarga suaminya. Baik itu (ibumu), adik laki-lakimu, bapakmu, atau pamanmu.

Yah, kau adalah makhluk dengan sejuta tanggungjawab.

Kalau kerabat keluargamu masih hidup semua, good for you. Berarti kau bisa menikah atau setidaknya memiliki kendali atas dirimu sendiri. Free, isn't?

Selayaknya mamalia, tubuh perempuan memang dirancang sebagai makhluk pemelihara. Jadi, apakah semua wanita bisa menjadi ibu? Bisa, jika dipandang dari sudut pandang biologi. Karena kita adalah makhluk yang memiliki akal, seringkali kita sebagai perempuan berpikir ulang mengenai peran ini.

Walaupun perempuan lebih banyak menggunakan perasaan, bukan berarti perempuan enggak punya akal. Jangan disamain kaya binatang.

Perempuan seringkali dititikberatkan oleh kedua pilihan ini, mau jadi wanita karir atau ibu rumah tangga?

So girls, choose wisely. Apapun pilihanmu menentukan nasib hidupmu selanjutnya.

Apa salah kalo milih salah satu? Enggak ada yang salah. Kalo kamu sanggup buat jadi dua-duanya, it's okay. Kamu hebat! Tapi kalo kamu mau jadi salah satu peran aja juga tetep hebat, karena dua peran itu sama beratnya.

Tapi, wanita rentan capek kalo kerja. Dan kelelahan fisik itu bergantung sama mood wanita. Bagus kalo semisal kamu tipikal wanita yang bisa ngontrol emosi & perasaan. Tapi kalo enggak? Nanti anak kamu yang jadi korbannya.

And FYI, wanita itu bosenan sama rutinitas. Enggak kaya cowok yang bisa ngelakuin berkali-kali rutinitas hariannya, cewe itu gampang bosenan.

Eits, tapi jangan lupa, suami kamu juga berperan SANGAT AMAT penting dalam SELURUH kehidupan kamu.

Jadi ibu rumah tangga juga enggak kalah capeknya, malah lebih capek. Jangan salah, tenaga dan emosi jadi ibu rumah tangga itu lebih banyak kekuras. Aku pernah diminta buat jaga keponakanku, dan itu capek banget. Masalahnya ekspresiku harus on terus kalo main sama dia. Padahal kalo diliat-liat kadang mukaku cringe pas natap cermin. Kok bisa ya si bocah enggak takut sama ekspresiku?

Nah, tugas jadi IRT aja udah secapek itu, apalagi kalo ditambah kerja? Wah, bukan main. Capek banget itu pasti. Maka, sebagai wanita yang tugasnya sebagai penampung sperma laki-laki, maka beban pencarian nafkah dikhususkan menjadi kewajiban kaum DNA XY itu.

Laki-laki dilebihkan oleh Allah atas dua hal, yakni akal dan tenaga. Selebihnya sama.

Dan parahnya ya (gue gatau ini parah atau enggak, kayanya cuman dirasain sama cewek aja), kita sering banget dididik buat nerima segala hal tanpa banyak pertimbangan. Semisal baju pasti dipilihin (katanya sih biar ga banyak cincong), padahal didikan sedari kecil itu ngaruh pada saat kita udah dewasa. Pas udah gede malah jadi orang yang enggak konsisten sama pilihannya sendiri (a.k.a labil), kebukti dengan banyaknya wanita yang salah pilih pasangan dan banyak cowo yang berhasil pilih pasangan karena kebanyakan cowo nyari cewe sebagai tempat nyarger doang.

Beda sama cowok, cowok dididik untuk bisa milih pilihannya sendiri karena peran dia sebagai decision maker, padahal nanti pas udah gede pola didikan itu sama pentingnya buat cewe ataupun cowo (biar dia ga labil sama pilihannya sendiri), dan bertanggungjawab atas pilihan yang udah dia pilih itu.

Dan ini keknya relate dengan ayat yang merintah agar wanita taat sama suaminya, selain untuk ngejaga ego cowoknya, ini bermaksud juga sebagai ujian bagi perempuan (karena eye vision cowo lebih sharp daripada cewek, maka pemilihan keputusan ini bisa digunakan untuk pandangannya ke masa depan), dibanding visi cewe yang cuma bisa liat sikon masa kini aja.

Dan kenapa harus bersabar? Karena Allah juga tau kali kalo cowok juga banyak kurangnya, emangnya cowok aja yang bisa nuntut kalo cewe harus A sampai Z? Kita perempuan udah diwanti ey sama Allah kalo kalian juga banyak kurangnya.

Mau enggak mau, gue harus nulis ini, Wanita itu adalah makhluk yang rentan. Iya, gue bilang rentan. Kenapa rentan?

Hal ini sebenernya relate sih dengan turunnya ayat yang nyuruh cewe buat nutup aurat. Karena...

Eheheheh makin seru, ya?

Berbeda dengan laki-laki, wanita itu keadaannya selalu berkutat dengan dua hal. Kalo laki-laki sebagai predator harus selalu siap siaga atas musuh yang selalu ngintai dia, perempuan selalu ditekankan pada dua hal, mau mertahanin diri atau mau bereproduksi?

Dan ibarat katanya nih, cowo tuh kondisinya selalu siap untuk bereproduksi. Ya sebagai hewan jantan, lo dirancang untuk terus memperbanyak keturunan dan rahim wanita sebagai penampungnya. Sedangkan cewe cuma sebagai wadah, otomatis kalo cewe dalam keadaan mertahanin diri, pasti dia dalam keadaan enggak siap untuk bereproduksi. Makanya cowo dengan pikiran dangkal kadang suka mikir kalo cewe dandan itu buat dia, karena dari naturenya kalo betina lagi birahi, ya dia ngeluarin feromon feminim biar narik feromon cowo yang bener-bener jantan agar terlaksananya pembuahan itu.

Tapi enggak salah juga cowo mikir begitu, dan ga salah juga cewe mau dandan. Naturenya udah begitu. Sisanya tergantung kesehatan akal pikiran masing-masing karena Anda masih manusia, bukan?

Terus apa korelasinya dengan wanita yang berhijab?

Nih ya, gais. Wanita disuruh berhijab sebagai mekanisme pertahanan diri. Karena apa? Enggak semua wanita itu siap bereproduksi a.k.a siap dientot, ya. Maka lo bisa aja korelasiin begini, wanita pekerja adalah wanita yang sedang mempertahankan diri a.k.a mempertahankan kehidupannya sedangkan cewe yang milih sebagai IRT adalah wanita yang siap untuk melanjutkan keturunan, maka beban pencarian nafkah dipindahkan pada pihak laki-laki.

Dan bayangkan sikonnya si cewe enggak ada penanggungjawab apapun selain dirinya sendiri. Apa enggak jahat lo sebagai laki-laki mau menzinahi perempuan yang kesusahan dalam mempertahankan kehidupannya? Kalo punya pikiran, mikir ya. Sayang banget kelebihan logika tapi otaknya enggak dipake.

Dan wanita yang sudah menikah pakai hijab biar dia ga diwlawlewlo sama jantan lain. Dan akad adalah tanda sekaligus jaminan bahwa perempuan tersebut sudah memiliki pasangan dari jantan lain.

Balik lagi, kenapa wanita itu makhluk yang rentan? Coba kalian bayangin kalian sedang berada di padang sabana yang banyak singa dan harimau. Singa dan harimau itu adalah laki-laki. Wow, seram bukan? Dan perempuan adalah rusa betina yang tengah mengandung dan siap melahirkan.

Apa yang harusnya dilakukan oleh rusa betina? Mencari sarang yang nyaman sebagai tempat untuk melahirkan, bukan? Karena melahirkan itu sakit. Banget.

Haid aja sakit, gimana melahirkan? Bahkan ada cewek yang saking haidnya nyeri parah sampe pingsan.

Rusa betina ini terancam nih keselamatannya, dianya aja terancam diburu para predator, apalagi anaknya? 

Maka dari stereotip ini, ya tugas perempuan jaga kandang & buat sarang. Perumpamaan ini harus gue pake karena hidup sebagai perempuan emang kaya binatang buruan. Selalu diburu.

Karena kalo ga diburu umur, ya diburu cowo-cowo bejad yang taunya ngewe aja udah. Apalagi image kamu kaya unicorn.

Barang langka dan enggak pernah ada.

Canda. Haha.

Abis kamu udeh. Makanya statement a.k.a akad itu penting bagi wanita. Kenapa penting? Karena akad itu seperti jaminan bagi kita.

Maka, dalam rangka memenuhi spread awareness and love, diharapkan bagi para wanita yang sering banget digantung oleh pihak laki-laki agar lekas hengkang dari pria bejad dan tak bermoral macam tu. Tu laki-laki cuman pengen ngwentiaw sama lu, shay. Jangan percaya cowo mokondo, mending kek rudal, ini tit*tnya kek sosis dibagi lima aja bangga. Gegayaan luuuu mau punya banyak harem, tanggungjawab sama diri sendiri aja belum bisaaaaaa saipulllllll.

Kalo kamu nganggep "kata" hanya sebatas kata, maka kamu salah. Laki-laki, perlu kamu tahu. Ada tiga hal yang bercandanya dianggap serius, yaitu :

ﺛﻼﺙ ﺟﺪﻫﻦ ﺟﺪ ﻭﻫﺰﻟﻬﻦ ﺟﺪ : ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻭﺍﻟﻄﻼﻕ ﻭﺍﻟﺮﺟﻌﺔ .

“Ada 3 hal yang seriusnya serius, dan bercandanya dianggap serius, yaitu : nikah, cerai, dan rujuk”.

(HR. Abu Dawud,  Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Iya, cuma dengan kata aja bisa menggetarkan Arasynya Allah. Gimana enggak semenakjubkan itu sebuah akad? Kamu yang anggep remeh sebuah kata, padahal jika kata itu keluar dari lisan kamu itu sama aja kamu ngeresmiin hubungan kamu di hadapan Allah. 

Wanita itu rentan tatkala masa ovulasi. Nah, untuk menyelamatkan wanita dari bahaya dan memberikannya rasa aman, maka akad itu ngaruh ke sisi psikologis kita. Kita rentan makanya butuh jaminan, makanya kadang ada cewek yang lebih milih nikah sama yang ngelamar duluan dibanding nunggu pacar yang udah pacaran bertahun-tahun karena tersedia jaminan yang lebih cepat dan terpercaya. Salah satu syarat juga kalo wanita itu juga udah siap untuk dibuahi.

Nah, cowo-cowo 'kan kadang kaya predator, nih. Kuat dong pastinya? Ngehalalin wanita dengan akad aja mikir dua kali, wkwk. Padahal ujug-ujugnya juga buat kemaslahatan lo sendiri karena lo sebagai jantan juga butuh "wadah".

Dan girls, jangan percaya ketika cowo bilang suka sama lu karena nyaman, kalo kata channelnya guru gembul, itu dia lagi ngeluarin hormon feromon dan (tentunya kita juga) makanya muncul rasa nyaman tersebut. Faktor ketertarikan antara dua manusia ga bisa terkait cuma dengan kalimat nyaman aja, gue bukan mak lo anjir.

Dengan adanya hubungan saling kesinambungan ini, makanya bisa deh tuh terbentuk hubungan yang namanya keluarga. Cowo butuh wadah, cewe butuh rasa aman. Tercipta deh istilah sakinah, mawaddah, warahmah.

Another fact, kenapa cowo kalo nikah direkomendasiin sama "gadis" dan kurang rekomen sama janda? Karena, cewe yang masih "gadis" a.k.a "polos" masih bisa lapang dengan pemberian yang sedikit alias bego alias belum mapan secara finansial. Dan yang janda itu biasanya udah pinter karena punya pengalaman pernikahan sebelumnya. Jadi udah enggak bisa dikadalin karena lebih realistis.

Dan sialnya, ada cowok goblok yang nyuruh wanitanya buat kerja dengan dalih nambahin pemasukan keluarga. Lah? Waras? Kenapa? Enggak mau tanggungjawab penuh ya karena udah sukses jalanin proses reproduksi?

 Peran cari nafkah itu sampe kiamat tetep peran laki-laki. Titik.

Hati-hati, girls. Cowok kalo udah ngegampangin kamu dan udah ketemu celah enaknya, biasanya standar tanggungjawabnya melonggar karena perasaan bertanggungjawabnya jadi minimal.

Kenapa sih bisa begitu?

Ya karena tujuan dia buat bereproduksi udah terpenuhi lah, tidak lain dan tidak bukan. Ada jurnal ilmiahnya kok kalo cowok udah bereproduksi jadi kurang produktif lagi. Makanya rata-rata cowo jenius itu jomblo.

Terus gimana cara agar kamu bisa "handle" lelaki kamu?

Kasih makan egonya. Buat dia terbang melayang nan melang-lang-buana. Buat dia merasa selalu dibutuhkan dan dielu-elukan. Karena apa? Pride, coy. Pride. 

Pride dan ego.

Klise dan... remeh. Buat gue yang cewe, itu lemah banget jujur. Semua ujug-ujugnya buat dua kalimat di atas. Pride dan ego.

"Toh, kamu 'kan bisa?" Itu kalimat andelannya. Mau tau kalimat cowo yang insecure sama kamu?

"Kok kamu enggak bisa nerima aku apa adanya, sih?" Dasar ketek kadal. Insecure mah insecure aja, bujug gile.

 Udah nih? Udah. Lu bakal dibawa sampe titik itu. Titik lo dibuat gila sama tingkah lakunya dan mempertanyakan kewarasan diri sendiri. Capek? Boom. Congratulations, you bear everything.

Cowo, inget ya. Lo adalah makhluk yang paling rentan ngelakuin kekerasan kalo lo gabisa manage dua hal di atas. Kenapa?

Didikan dari kecil yang dimana lo ga dikasih kesempatan buat show emotion. Labelling dari masyarakat juga ngaruh, stereotipnya kan cowo gaboleh nangis. Kata siapa? Kata masyarakat tapi bukan kata diri lo as human being.

Stereotipe sebagai "provider" juga, sih. Hal itu ngebuat lo ngerasa bersalah kalo gagal. Merasa ga worth it kalo belum mencapai sesuatu. 

Minimal enggak usah denial kalo lagi ngerasain perasaan negatif, it's enough. Manage perasaan itu ke hal-hal baik. Rilis emosinya. Regulasikan emosi lo dengan baik. Daripada ujug-ujugnya jadi emotional numbness.

Ngedidik generasi enggak cuma tugas perempuan. Both. Itu tugas dua-duanya. 

Karena peran ganda itu, muncul deh indikator-indikator aneh di masyarakat kalo perempuan harus bisa A sampe Z, engga bisa dipungkiri kalo dunia ini dibangun oleh laki-laki dan demi kenyamanan perempuan, agar proses reproduksi bisa berjalan dengan aman dan tenteram.

Last, for boys... enggak usah terdistraksi sama perempuan karena ego lu. Inget aja tanggungjawab lo banyak bahkan sebelum lo menikah. Kalo lo inget seberapa besar tanggungjawab lo, dijamin deh pride lo sebagai laki-laki ga bakal jatoh karena nyatanya lo nanggung hajat hidup banyak orang.

Apa lo bermanfaat? Jelas. Bahkan sebelum lo baligh. Tapi tetep kudu inget tanggungjawabnya. Hal ini hanya berlaku pada laki-laki yang sadar kalo tanggungjawabnya banyak.

See, yaa.



 

 

 

 

 



Comments

Popular Posts