Terasing

Hampir semua hal menjadi asing buatku. Seperti aku sudah tak hidup pada masa ini. Semua seperti, aneh.

Entah itu tentang perasaanku, atau pada hari-hari biasa yang aku jalani. Semua terasa berbeda, samar, dan tidak kuinginkan.

Kadangkala, situasi begitu terasa sangat amat baik. Namun, tak lama setelah itu, semuanya terasa seperti seolah duniaku akan runtuh. Perasaan yang ditinggalkan terasa sangat berbeda. Apa karena aku begitu banyak mengalami hal buruk sehingga hal-hal yang baik seperti ketidakmungkinan yang menyenangkan bagiku?

Terkadang, setelah banyak hal buruk yang menimpaku, aku seperti tidak bisa membedakan mana kenyataan mana impian. Semua seperti berputar dan menyatu. Sehingga tak jarang aku mulai mempertanyakan kewarasanku. "Akankah ini terjadi? Mengapa? Mengapa semua hal bisa terjadi begitu cepat?" 

Entahlah, akhir-akhir ini banyak hal baik yang terjadi padaku. Tidak banyak sih, hanya beberapa hal sederhana. Sepertinya, jerat yang mencengkeram leherku akan segera terlepaskan. Sampai-sampai, aku begitu bahagia dibuatnya.

Bagaimana ya? Rasanya seperti ditimpa bertubi-tubi kegagalan lalu tiba-tiba satu hal baik mampu mengubah hidupmu seratus delapanpuluh derajat. Padahal, mungkin bagi beberapa orang itu hanya hal remeh-temeh, namun bagi beberapa orang, itu suatu mukjizat.

"Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit." - Ali bin Abi Thalib.

Kutipan sahabat nabi itu sangatlah benar. Ya, rasanya emang sakit ketika ngejalanin prosesnya. Bawaannya seakan pengen nanya aja sama Allah, "YaAllah, kapan ya waktunya? Kapan????"

Padahal mengenai terkabulnya suatu doa, Allah mengabulkan sesuatu dengan hal yang paling kita butuhkan, bukan yang paling kita inginkan. Dan, pernyataan itu benar karena telah terbukti dalam hidupku. Sehingga, pertanyaan-pertanyaan itu tak lagi aku tanyakan padaNya, sekarang aku hanya menjalani seluruh proses kehidupanku dengan perjalanan yang santai. Karena suatu kejadian akan terjadi jika memang sudah waktunya.

Dulu, aku sama sekali engga ngerti. "Waktunya? Kapan waktunya? Bisa enggak sih kalo terjadinya sekarang?" 

Oke, kejadian. Menyenangkan? Jelas. Tapi amat menyakitkan. Dan aku tersadar pada saat itu. Jangan minta yang macem-macem sama Allah, apalagi kalo maksain alurnya seperti apa yang kamu mau. Pelajaran banget. Jangan deh, asli.

Allah enggak akan pernah ninggalin hambaNya yang taat meski dia seorang pendosa. Karena rasa cinta Allah begitu terasa nyata dibanding rasa cinta manusia. Manusia rela nyakitin kamu untuk nuntasin nafsunya, tapi Allah enggak bakal kaya gitu. Karena Allah sebaik-baik pemberi rasa cinta.

Enggak bakal rugi kamu mencintai Allah sebanyak apapun rasa yang kamu beri untuk Dia. Allah bakal bales itu (walau rasa cinta Allah dibales dengan banyak ujian, ya.) Tapi, dari situ derajat hidup kamu pasti bakal dinaikkan. 

Ya... mencintai manusia secukupnya. Hanya secukupnya saja agar rasa sakit yang kamu rasakan engga sebesar rasa cinta yang kamu berikan. 

Ya... emang sih. Jika kita mencintai, kita harus berani meresikokan rasa sakit yang kita terima karena mencintai seseorang. Itu konsekuensi dari rasa cinta. Indah, memang. Tapi... harus hati-hati atas rasa sakit yang ditimbulkannya. 

Cinta harus dijalani dengan kedewasaan. Upaya saling mengerti dan memahami. Kuncinya adalah saling. "Give and take." Jika hanya salah satu saja yang memperjuangkan, then what the meaning of love for?

Sebenernya, jujur aja gue juga gatau makna kedewasaan itu apa. Cara berpikirkah? Romansa yang dewasa kah? Apa? Jika cinta menuntut kedewasaan, mengapa banyak anak kecil menjadi para pecinta?

Kata KBBI sih, dewasa artinya bijak dalam menangani sesuatu. And, what the meaning when you're fall in love first with another one and you must handle everything goods when these things seem too blurry?

Artinya, mencintai butuh banyak kesiapan karena banyak pengorbanan yang harus diperjuangkan. Dan aku masih terlalu muda untuk mengerti apa itu pengorbanan dan apa itu perjuangan. Hal yang seharusnya tak kulakukan setelah terjerat begitu lama. 

Karena, orang-orang saja sangat begitu asing buatku. Entah itu dosenku atau teman lama. Seketika aku seperti tidak mengenal mereka secara baik. Hanya lewat begitu saja. Tidak tahu apa sebenarnya mereka  dan apa yang mereka inginkan. Semuanya seperti samar. 

Dan terkadang aku tidak bisa mengenali diriku sendiri. Apa yang kumau? Apa yang kuinginkan? Kadang begitu sulit mendeskripsikan diriku sendiri.

Seperti kita sekarang yang menjadi terasing.

Comments

  1. Keterasingan akan mengantarkan seseorang pada perkenalan dengan dirinya sendiri, sehingga ia mampu mengenal Tuhannya dengan baik(ma'rifatillah).

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts