Terjebak

 

source by pinterest

 Pada dasarnya kita semua terjebak dalam ilusi yang sama.

Dunia yang sama, bumi yang sama, dan khayalan yang sama.

Tak ada realitas, semua hanyalah fatamorgana. Terlebih lagi impi-impian kita. Kuasa, uang dan nafsu. Itu semua hanyalah digdaya Tuhan untuk mengendalikan manusia. 

Kita terjebak pada hierarki yang kita ciptakan sendiri. Cinta, kasih, kepedulian, rasa sayang. Manipulasi serta manifestasi yang mampu mendangkalkan retorika berpikir kita sebagai manusia.

Terjebak pada rutinitas sehari-hari. Terjebak pada pemikiran kita sendiri. Terjebak pada imaji dangkal yang kita cipta sendiri.

Sedikit samar, namun kenyataannya pun kita benar-benar tidak terbebas dalam jeruji besi bernama dunia. Kebebasan pun dapat membuat kita tetap merasa seperti terjebak.

Terjebak dalam pemikiran bahwa kita "bebas". Kausalitas sesat. Kita bebas. Namun, realitasnya kitalah yang terjebak.

Terjebak pada dimensi ruang dan waktu. Terjebak di dalam dua alam. Terjebak pada dua materi, materi udara dan materi tanah.

Pilu, kita tak luput memilih keduanya.

Jebakan apa yang membuat kita berpikir bahwa kita terbebas? Padahal nyatanya kita terjerembab pada lubang yang sama?

Bahwa yang namanya kebebasan itu tidak ada. Saat kau memilih hidup bebas dan liar, kau dihadapkan pada dua pilihan...

Kau harus tetap bekerja untuk membayar semua tagihan hidupmu, atau kau hancur karena membiarkan hidupmu berjalan tanpa arah?

Namun, lagi-lagi yang manusia cari bukan hanya sebatas mencari uang untuk membayar tagihan, akan tetapi,

Membayar semua kebebasan memilih adalah harga yang pantas diraih oleh manusia yang tidak ingin pilihannya dikungkung oleh seonggok daging yang katanya paling mengerti tentang manusia lainnya.

Kita membayar kebebasan untuk itu.

Karena merdeka dalam memilih adalah sesuatu hal yang tidak semua orang bisa lakukan.

Ada yang terlahir harus bersedia dipilih dan diatur segala urusan hidupnya, padahal ia sendiri tidak meminta untuk dipilihkan.

Pedihnya, ketika ia tak bisa memilih, ia akan disalahkan karena tak sanggup memilih.

Ironi menjadi para bangkai hidup berjalan itu.

Comments

Popular Posts