Senja
Senja
Nyiur-nyiur
melambai di tengah kuning mega
Bercakrawalakan
senja bertahtakan permata
Senja,
katanya bisa mempesona orang sehingga menjadi buta
Benarkah
demikian indahnya?
Namun,
adakah sisi gelap yang menyelimutinya?
Peraduan jingga bertemukan nila
Satu padu menjadi warna yang berharga
Akankah warna gelap bisa mewarnainya juga?
Bersatu padu dalam gelapnya semesta?
Senja, banyak orang yang mendambanya
Katanya, begitu menggairahkan
Apalagi jika ditambahkan seteguk kopi
Menemani hati di kala berperi
Namun senja tak selamanya indah
Senja tak selamanya berpadukan kuning mega atau jingga
bercampur nila
Senja bisa saja beradukan warna hitam pekat nan gelap
Apabila lantunan suara adzan Maghrib bersama lembayung
memasuki langit Bumi
Kini
malam tiba
Malam,
yang katanya mengerikan, gelap nan temaram
Mengisi
hari-hari ibukota dengan suara kendaraan
Bersahut-sahutan
menunggu diri ‘tuk pulang, karena keluarga yang ditinggalkan
Di penghujung malam, ibukota bertambah gegap
Gelap tak berarti sepi
Siang pun tak berarti ramai
Kelam tak berarti dalam
Terang tak berarti dangkal
Rupanya,
di sudut kota sana
Lelaki
berjubahkan karung berpanggulkan sampah
Mengais
sisa-sisa tak berharga bekas orang-orang
Beranggapan
bahwa sampah sudah pasti tak berharga
Namun,
tidak bagi lelaki berjubah karung itu
Peluh
didapat, kulit renta berhirupkan semerbak harum genangan air ibukota
Sampah
adalah mata pencahariannya, meskipun tak berharga…
Sepuluh
anggota keluarga menantinya di gubuk hangat bernamakan ‘rumah’
Menanti
satu suapan bernamakan makanan…
Kadang, sesuatu yang dianggap tak berharga oleh orang
lain
Adalah salah satu penghargaan paling berharga untuk
orang itu
Sesuatu yang dianggap tidak benar oleh orang lain
Bukan berarti pun tidak benar untuk kita
Kita terlalu mudah untuk menyimpulkan apa yang baik
atau tidak baik bagi orang lain
Namun kita lupa bahwa yang baik atau tidak baik masih
luput dari kita
Baiklah, bukankah hidup memang seperti itu?
Sesuatu yang terluput ialah yang membutakan?
Comments
Post a Comment