Am I not good enough already?

 Sebuah catatan harian yang dibuat dengan cara berpikir mendalam dan mempertanyakan kelayakan diri sendiri untuk menerima cinta.

Apakah aku cukup, atau tidak pernah lebih dari cukup untuk menerima cinta?

Mendorong seseorang menjadi lebih jauh adalah caraku untuk mempertimbangkan orang itu pantas untukku atau tidak. Dan itu menjadi kebiasaan yang agak ekstrim, sebetulnya.

 Sesuai dengan kepribadianku, aku sangat mengetahui mengapa kegagalan bertubi-tubi dalam percintaan di hidupku bagai kebiasaan berulang, yaitu karena aku terlalu kritis dalam menganalisa seseorang sebelum aku memberikan seluruh duniaku padanya.

Sementara dalam percintaan, perasaan adalah faktor utama yang melatarbelakangi agar hubungan itu berhasil. Jawaban klise seperti, "Aku hanya mencintaimu." Atau, "Tolong terima aku apa adanya karena aku mencintaimu," dimana kalimat itu menjadi masuk akal dalam hubungan percintaan.

Menurutku, sedangkal-dangkalnya perasaan, jatuh cinta pada seseorang harus memiliki alasan. Entah itu faktor fisik (klise sekali memang), atau karena faktor kepribadian sekalipun.

Dan, merasa aman pada suatu hubungan yang dibangun adalah perasaan langka untukku, (karena aku menganggap semua laki-laki itu predator), jadi menemukan laki-laki yang membuatku merasa secure adalah hal langka bagiku.

Hal itu yang membuatku menjadi over-analyzing dalam hal apapun, termasuk percintaan. Dan pada akhirnya membawaku pada pertanyaan, "Apakah aku tidak cukup?" Menjadi pertanyaan penuh insecurity yang aku bawa tiap kali 'gagal' saat aku berusaha membawa orang dengan peluang besar sebagai pasanganku. Dan semua berakhir di saat kami belum memulai apapun.

Sebenarnya itu bagus, alih-alih menghemat waktu dalam pencarian kandidat bagus lainnya, aku juga tidak perlu menguras perasaan dan energi lebih banyak. Semua telah tertuang dalam ucapannya ketika seseorang itu memulai obrolannya pertama kali ketika berhadapan denganku.

Namun, hal yang kukhawatirkan berikutnya ialah ketika aku mulai merasa bahagia ketika tidak memiliki pasangan. Seperti mulai tidak nyaman ketika ia mulai memasuki personal spaceku?

Dan, aku akan tenggelam bersamaan dengan kenyamanan karena terlalu lama menyendiri. Tiba-tiba... aku tidak butuh lelaki, (padahal emang selalu ga butuh laki-laki).

Hingga pada akhirnya aku menyerah dalam usahaku untuk mencari pasangan dan fokus meraih apa yang menjadi sumber ambisiku...

Agak menakutkan memang kekhawatiran ini.

Comments

Popular Posts