Ruangan tanpa Jendela


Bukankah pernah kukatakan padamu
Jangan kau tutup kaca jendela itu?
Kaca jendela yang membiarkanmu untuk bermimpi buruk semalaman?

Lalu kemudian kau tutup kaca jendela itu
Kaca jendela yang katanya terlalu banyak menghembuskan angin sewaktu malam

Hewan-hewan yang dibiarkan masuk lewat kaca jendela itu, yang sedang membawa remah-remahan makananmu yang kau sisakan semalam

Suara-suara desauan angin yang mendesau-desau
Atau...
Tatapan mata makhluk kasat yang tengah memperhatikanmu semalaman

Kau tahu mengapa?
Mengapa aku melarangmu untuk menutup kaca jendela itu?
Agar kau bisa bernapas di dalam ruangan sepetak tanpa pintu
Karena pintu itu telah terbuat dari jendela hatimu

Jendela hati yang kau bisa terka kedalamannya
Tentang mata yang memandang dengan isyarat
Isyarat kepedihan tak terbaca, tergoreskan. Terlukakan.
Tentang mata yang memandang penuh binar, namun terdapat pedih yang tersayat

Kadangkala, mata hanya menipu. Hanya mampu memandang sesuatu yang bias, makna ganda
Namun tak mampu menjelaskan arti sebenarnya
Kita hanya mampu melihat lautan biru kehijauan yang begitu indah, namun tak mampu mengukur kedalamannya
Terlalu sulit diraih, terlalu sulit direngkuh. Akan tetapi, kita bisa bermain-main di atasnya
Begitulah manusia, hanya mampu mengukur keindahan tanpa ingin tahu ombak besar yang akan 
datang
Tanpa mau tahu tajamnya karang yang 
menyayat-nyayat kulitnya, padahal menunggu di bawah kakinya
Tanpa tahu akan ada ombak-ombak yang menggulung, menunggu untuk ditelan lautan
Dan, tanpa tahu belitan tanaman laut yang menanti untuk menarikmu ke dasar, lalu tanpa tahu kau 
akan hilang bersama buih di lautan

Kita hanya bisa menanti, sekedar menerka realitas berkelanjutan apa yang akan terjadi di dalam hidup ini
Menanti, menunggu, memprediksi jalan terjal apa yang akan menghantui di masa depan, tanpa tahu 
resiko apa yang menghadang
Kau tahu realitasnya, berhati-hatilah.

Comments

Popular Posts