Ufuk Senja

Di balik ufuk senja itu, terkabut lagi lautan ingatan tentang balutan sederhana itu
Kamu. Ya, kamu. Kesederhanaan itu
Namun coraknya telah usai, telah padam
Maafkan aku atas segala egoku
Maafkan aku yang telah membuka balutan luka lamamu
Maafkan aku yang telah pergi membawa cerita atas semua gundahmu
Maafkan aku

Aku tahu, mungkin kamu memang memerlukan tempat tinggal, bukan sekedar tempat singgah
Namun mampuku hanya sebagai tempat singgah yang usang lagi tak terawat, penuh luka dan debu
Sudah berdebu pun masih bisa meninggalkan
Padahal kau telah memberikan kelengkapan hunian yang layak
Nyatanya, rasa itu yang tidak ada. Tak tersedia.

Kamu bersedia melukiskan luka goresan yang terpatri jauh dalam hatimu
Mungkin, tak semua orang bisa membaca, namun... aku bisa.
Tak semua orang bisa membaca setiap luka.
Akan tetapi, mengapa harus aku adanya?

Kamu tentu tahu perihal lukaku, namun kamu seperti enggan ingin tahu
Luka itu menguat, ketika kamu memberikan tempat yang sama
Lalu, aku kembali masuk ke dalamnya
Aku...? Hancur seketika

Luka yang adiktif
Luka yang naif
Luka yang... menyilaukan?

Aku tak bisa menjadi candumu
Candu bagi setiap tarikan napasmu
Candu bagi setiap sentuhan kulitmu
Candu setiap kali rindu bertemu
Aku... tak bisa

Sudah kukatakan sekali lagi,
Aku tempat singgah yang telah usang
Retakan dimanapun berada, sudah pasti berlubang
Penuh sarang laba-laba,
Sudah berkarat,
Namun, masih bisa dibersihkan. Masih bisa diperbaiki
Bagi siapapun yang berkenan masuk untuk membangun dan membersihkannya

Akan tetapi, kunci itu masih akan disembunyikan dibalik tanah kebun yang berlumpur
Tersimpan jauh di dalam tanah
Dan akan ditemukan oleh yang ingin menemukan :)




Comments

Popular Posts