Holding On

Ini hanya masalah waktu. Antara kau mampu bertahan atau tidak. Akan ada banyak masalah, himpitan, dan kesulitan yang membelenggumu.

Karena ini semua hanya masalah waktu. Ketakutanmu yang tiada beralasan, impianmu yang kacau, kehidupan yang semakin rumit, isi kepala yang makin skeptis, dan perasaanmu yang kau harap akan mati seketika.

Hingga pada akhirnya kau akan menyadari bahwa kehidupan ini memang keparat dan sialan.

Namun, di satu sisi kau akan menyadari keuntungan dari hidup yang sialan itu. Kau semakin kuat, mentalmu seperti baja, akan tetapi hatimu mati rasa. Kau terus beranggapan bahwa hidupmu baik-baik saja. Padahal, kau meraung-raung minta diselamatkan.

Contoh saja, aku. Atau bahkan kau. Kita sama-sama minta diselamatkan. Beranggapan bahwa hidup kita baik-baik saja. Sialan. Manusia jalang apa yang berani mengatakan demikian? Mengatakan bahwa hidup kita ini baik-baik saja? Persetan kalimat itu. Oke, jangankan kita. Orang-orang di luar sana dengan berani mengatakan bahwa hidupnya baik-baik saja.

Padahal kita sendiri sama-sama tahu bahwa... tidak ada yang namanya baik-baik saja dalam kehidupan ini. Kita semua hanya berupaya seolah tegar, berupaya dengan amat baik bahwa kehidupan kita selalu diliputi kebahagiaan dengan menutupi rasa sakit yang kita punya. Bukankah itu upaya pembohongan yang bersifat nyata?

Mungkin, dengan kemungkinan itu. Dengan segala kebohongan itu... "baik-baik saja" akan terlihat begitu sempurna. Dengan istilah baik-baik saja, kau bahkan tidak akan pernah tahu jika ada jiwa yang meraung, ingin berdekap dengan kematian. Dengan kalimat "baik-baik saja", ada sejumput misteri, kesehatan mental yang terganggu, depresi yang tersembunyi.

Dan kau masih mempercayai istilah "baik-baik saja?" Sungguh, aku tidak mempercayai kalimat itu sama sekali.

Jika ada yang berkata baik saja, padahal kau tahu ia selalu menginginkan kematian. Tanya ia. Dekap ia. Bawa ia sampai lupa bagaimana rasa sakit yang ia punya.

Comments

Popular Posts