LGBT : My own perspective

Image result for gambar bendera lgbt

Assalammu'alaykum Wr. Wb.

Berikut ini adalah tanggapan saya, pendapat pribadi tentang isu-isu yang santer terdengar di masyarakat dan menurut saya, menarik untuk dibahas. Anda, atau siapapun yang membaca artikel ini bebas berargumen tidak setuju atau setuju dengan pernyataan ini karena tujuan berpendapat itu adalah sebuah pembelajaran. Saya akan menjelaskannya secara gamblang dan terperinci agar apa yang dibahas dapat ditangkap dengan jelas.

LGBT: (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender) adalah suatu komunitas yang berisikan perkumpulan orang-orang yang 'menyimpang' orientasi seksualnya. Dalam pandangan saya pribadi, itu salah. Saya akan membahasnya dari berbagai aspek, InsyaAllah.

Pada dasarnya, gender dibagi menjadi dua, yakni pria dan wanita. Dalam perkembangan selanjutnya, orang-orang yang tidak merasa 'puas' atas kodrat lahiriahnya, berusaha mendongkrak sesuatu agar hasrat 'seks'nya terpenuhi. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dan yang terpenting ialah pendidikan pertama dari keluarga dan orangtuanya. Pertama, cara asuh yang tidak optimal. Mengapa?

Kurangnya peran orangtua dalam tumbuh kembang anak. Ibu yang dominan menggunakan perasaan cenderung berusaha memenuhi permintaan si anak walaupun terkadang hal yang diminta tidak logis, lalu di sinilah peran ayah. Saya pernah membaca tulisan tentang 'pendidikan ayah', yang bertuliskan peran ayah dalam membangun mental dan kelogisan anak itu sendiri. Bagaimana agar si 'ayah' mampu mendidik anak agar kuat mental. Atau biasanya karena salah asuhan. Karena orangtua yang menginginkan anak perempuan pada anak laki-lakinya, sehingga ia tampil dalam bentuk apa yang diinginkan orangtuanya, padahal semua itu salah dan berdampak pada perkembangan seks ketika ia besar.

Kedua, faktor pendidikan. Makin besar si anak, ia akan berusaha mencari seluas-luasnya ilmu pengetahuan, apapun jenisnya. Sejak bayi, balita, anak-anak, sampai ia menjadi seorang remaja, ia akan mencari tahu siapa dirinya, mengapa dilahirkan ke dunia, dan apa tujuannya hidup? Masa remaja adalah saat-saat terpenting mengedukasikan pendidikan seks ke dalam daftar pengetahuannya.

Ketiga, faktor lingkungan. Lingkungan akan membentuk dirinya. Lingkungan yang baik dan sehat akan membentuk dirinya menjadi baik dan sebaliknya. Lingkungan yang tidak baik akan membentuk dirinya menjadi tidak baik pula.

Ketika ketiga faktor itu mengimplikasikan penyimpangan, khususnya penyimpangan seks serta ideologi serba bebas, dimulailah 'penyimpangan' orientasi seksual itu. Penyimpangan itu tidak berlangsung secara spontan namun perlahan dan berproses.

Secara individu, 'kerusakan' akibat perbuatan buruk itu mungkin tidak terlalu kentara. Penyakit yang didengung-dengungkan sebagai akibat dari penyimpangan tersebut, belum bereaksi dan orang itu belum menyadari akibat perbuatannya.

Lalu, bagaimana dengan aspek sosial bermasyarakat?

Orang itu, ketika mengetahui dirinya 'menyimpang', ia akan cenderung menutup diri namun sejatinya ia akan berusaha seolah-olah dirinya sama dengan masyarakat lazim. Ia akan 'mencari' orang-orang yang senasib dengannya dan berusaha agar keberadaan dan penyimpangan yang dilakukannya dianggap hal biasa dan masyarakat umum dapat menerimanya. Lambat laun... komunitas ini dapat merusak tatanan berbudaya yang sejatinya ialah kearifan lokal suatu bangsa bagi bangsa yang masih memilikinya. Apa alasannya?

Indikasi penyakit yang ditawarkan 'penyimpangan' ini. Penyimpangan ini dapat membuat gejolak amukan dalam masyarakat karena tidak sesuai dengan tradisi dan kultur bagi bangsa yang masih tinggi tingkat kesukuannya. Menurunnya tingkat produktivitas sumber daya manusia yang mana penelitian sudah membuktikan bahwa 'penyimpangan' ini relatif terjadi pada usia produktif bekerja. Padahal Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang sehat mengingat bangsa kita adalah negara berkembang yang masih memerlukan pembangunan secara terus-menerus demi kemakmuran negara.

Para aktivis LGBT ini umumnya menarik empati dan simpati dari masyarakat awam yang tidak mengerti bahwa perilaku ini merupakan suatu penyimpangan sosial. Mereka menggunakan istilah "diskriminasi" yang ditujukan pada mereka. Mereka didiskriminasikan karena perilaku mereka. Jelas didiskriminasikan, karena apa yang mereka perbuat itu salah. 

Kita tidak membenci orang-orangnya, hanya membenci perilakunya. LGBT bukanlah bentuk pemenuhan HAM, namun penyimpangan HAM dan fitrah lahiriah itu sendiri.

إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ}
Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melampaui batas. [Al-A’raaf: 81].


Baca selengkapnya https://muslim.or.id/27432-kaum-gay-inilah-wahyu-allah-taala-tentang-anda.html
إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ}
Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melampaui batas. [Al-A’raaf: 81].


Baca selengkapnya https://muslim.or.id/27432-kaum-gay-inilah-wahyu-allah-taala-tentang-anda.html
Seharusnya, saya menempatkan aspek agama dalam posisi tertinggi namun karena beberapa pertimbangan, saya berpikir bahwa dalam masalah ini harus mengedepankan logika, padahal sejatinya agama adalah logika itu sendiri.

Pendidikan agama khususnya, harusnya menjadi tameng, pondasi dan dasar kehidupan. Bagaimana seseorang bisa 'merasa' diatur dalam ajaran agama yang dianutnya tanpa merasa dikekang atas ajaran itu sendiri karena sejatinya agama itu sendiri berisi larangan dan perintah agar manusia dapat hidup selamat tanpa susah payah menciptakan ideologi dan aturan dari manusia untuk manusia lain.

Jujur, saya agak tersinggung dengan suatu pernyataan yang berbunyi, 'fanatik terhadap Kitab Sucinya' dan fanatik terhadap "agamanya". Saya tanya, Kitab Suci mana yang Anda maksud dan agama mana yang Anda tuju?

Salahkah ketika seorang biarawati tidak menikah dan mengabdikan hidupnya untuk menjadi pelayan Tuhannya karena mencintai firman Tuhannya? Salahkah ketika seseorang lelaki memilih menjadi biksu untuk mengabdi pada Buddha? Salahkah ketika seseorang lelaki merelakan nyawanya ketika agamanya diinjak dan ia jihad karena semua itu telah tertulis dalam kitab sucinya? Salahkah?

Jadi... semua orang yang mengamalkan ajaran Tuhannya melalui kitab sucinya adalah fanatik dan ekstrimis bagi Anda yang mengaku seorang aktivis HAM?

Dan salahkah ketika seseorang berusaha menjauhkan kemudharatan tentang berbahayanya penyimpangan tersebut karena perilaku kaum Sodom ini tertulis dalam kitabnya? Sedangkan dia adalah seorang Muslim dan Al-Qur'an adalah kitab sucinya? Salahkah?

Penyebutan Tuhan dalam kosakata manusia itu sendiri adalah kebenaran relatif sedangkan keberadaanNya adalah kebenaran mutlak dan setiap agama berhak atas pengklaiman bahwa agama yang setiap manusia itu anut adalah klaim kebenaran. Semua agama berhak dan memiliki asas klaim pribadi.

Atas asas dan ajaran mana Anda hidup dan berpijak?

Asas atau apapun ideologi yang Anda anut seperti halnya Demokrasi, pada akhirnya hanya akan menjadi alat bagi segelintir orang. Berbagai negara yang menerapkan 'Demokrasi', akan hancur jika bangsa itu belum terlalu dewasa dalam memahami ideologi politik yang satu itu. Dimana 'Dari rakyat, untuk rakyat' jika kenyataannya malah menjadi bumerang bagi negara sendiri? Ini sedikit pendapat saya tentang penganut Demokrasi, walaupun saya tinggal di negara demokrasi.

Jika paham demokrasi justru membuat orang-orang yang demikian merasa paling benar dan netral, kalian salah. Setiap orang yang menganut suatu ajaran agama paling tidak memiliki sikap itu yang kadang tidak ditunjukkan.

Demokrasi bisa menjadi alat bahkan sudah menjadi alat bagi kaum 'penyimpangan' itu. Mereka mendengung-dengungkan HAM sebagai senjata utama dalam menggaet aspirasi masyarakat atas dasar pemenuhan dan persamaan HAM.

Sekarang begini... jika Tuhan telah menggariskan kodrat manusia antara wanita dan pria, laki-laki dan perempuan. Mengapa harus melampaui batas dari garis yang telah ditetapkan itu? Darimana pemenuhan HAM itu sendiri? Bukankah pemenuhan dan persamaan HAM itu sendiri adalah pemenuhan kodrat manusia dan pengusahaan maksimal atas kodrat Ilahi? Bukankah memperbanyak keturunan adalah kodrat manusia dariNya antara pria dan wanita? Mengapa harus ada wanita dengan wanita dan pria dengan pria? Pemenuhan cinta dan kasih sayang dapat terjadi jika logika dan perasaan terjalin dan saling melengkapi.

Comments

Popular Posts